Iklan

Review Buku The Journey to Becoming a Coding Mom

Konten [Tampil]


www.mikromediateknologi.com - Perempuan dan coding? Bahasa pemograman? Python? Do what you love, love what you do. Begitulah kata salah satu penulis yang juga seorang dokter ini. Temukan kisah menarik lainya dalam buku ini

The Journey to Becoming a Coding Mom


                

Do What You Love, Love What You Do

Karya: Intan Kemaladina
Kututup laptop dengan senyuman lebar. Rasanya senang dan puas sekali karena usahaku selama ini terbayarkan. Begitu banyak “drama” yang kulalui untuk bisa menyelesaikan challenge dari grup KCMI (Komunitas Coding Mum Indonesia) episode keempat ini. Walaupun baru belajar dan belum menjadi expert yang bisa membuat suatu karya dengan ilmu coding, tetap saja rasanya sangat senang karena bisa mengerjakan hal yang sangat kusukai. Aku memang seorang dokter yang teramat menyukai dunia teknologi, bahkan dulu pernah bermimpi menjadi seorang programmer.
Pikiranku melayang jauh pada masa kecil ketika berinteraksi dengan komputer. Sejak usia TK, aku sudah diperkenalkan dengan komputer walau hanya untuk menonton VCD (Video Compact Disc) lagu anak-anak. Thanks to my parents.


Amazing Coding Mum Bekraf

Karya: Dian Nafi     
Senang sekali rasanya karena sebagai hybridwriterpreneur dan writravelicious, aku berkesempatan meningkatkan kapasitas diri sebagai seorang entrepreneur untuk datang ke Surabaya. Di sana, aku akan menghadiri undangan Coding Mum Conference dari Bekraf (Badan Ekonomi Kreatif) Pak Triawan Munaf, sekaligus traveling keliling Surabaya. Yeay!
Saat itu aku naik pesawat Garuda dari bandara baru Ahmad Yani Semarang siang itu, aku pun sampai di Bandara Juanda Surabaya hanya dalam waktu satu jam. Dari Bandara aku melanjutkan perjalanan ke sebuah pesantren yang ada di kompleks kampung santri—bayangkan ada 33 pesantren dalam kompleks besar itu—dan alhamdulillah berkesempatan sharing di sana. Ceritanya sambil menyelam minum air, gitu.


Bahagia Berbagi Arduino di Coding Mum

Karya: Noor Siti Halima
Aku merasa bahwa kebanyakan orang menganggap seorang perempuan bisa menjadi istri yang baik jika memiliki keahlian yang feminin seperti pintar memasak dan pintar mengurus rumah. Mungkin sebagian lagi beranggapan bahwa sebagai istri harus bisa segalanya. Dengan kata lain, istri yang baik adalah istri yang bisa menjadi seorang super-woman atau supermom. Tidak bermaksud sombong, tetapi bagiku, semua ada pada ibuku.

From French To Python

Karya: Annisa Purbandari
Language has always sparked my interest since I was a teenager. I learnt French when I was 12 years old and I fall in love in language ever since. I mean human language. Yes, I never thought that there is another language in another dimensions that would be stuck in my head day-to-day than the sexiest language in the world. It is called Python. A language that I have never spoken but I use it. 


Tech is not a new stuff for me since I have been working in digital company by the time I was graduated. I am always into tech, but I didn’t code. I have been involved in business and operation side. I always wonder how software works and how cool it seems to be working on the computer language just like in a hacker movie.

    



Menemukan Diriku yang Hilang

Karya: Rachmawati Ari Taurisia

Dalam setiap pengalaman, selalu ada banyak pelajaran. Begitu juga dengan pengalaman hidup yang aku alami. Tidak kusangka dengan pencapaian saat ini yang sudah lama ku inginkan. Seolah aku menemukan diriku yang hilang. Bahkan menginspirasi begitu banyak orang, terutama anak-anak muda Indonesia.

Ketika aku kembali mengenang perjalanan 20 tahun yang lalu, aku tahu internet dan peluang di masa depan akan mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari. Tampaknya intuitif atau semacamnya, aku belum yakin. Tapi, masih sulit untuk menjelaskannya kepada orang-orang di sekitarku. Bidang Informatika masih baru di perguruan tinggi. Internet datang lebih awal ke Indonesia. Aku memiliki banyak ide menggunakan internet dan keterampilan informatika tetapi saya masih kekurangan rasa percaya diri, keberanian, kesempatan, dukungan, sumber daya, dan fasilitas dari lingkungan sekitarku.

Saat ini, internet dan teknologi lainnya telah mengubah kehidupan kita sehari-hari dan berkembang pesat hari ini.

Aku sungguh beruntung menyaksikan perkembangan teknologi di Indonesia, dimulai saat peralihan mesin ketik manual ke computer hingga seperti sekarang ini era digital. Pertama kali belajar mengenal computer masih under Dos seperti WS, Lotus123,Dbase III. Masih menggunakan diskette tipis besar sebagai media penyimpanan. Ini saat aku belajar sebagai ekstrakurikuler computer di kelas 2 SMA sekitar th. 1994/1995. Kemudian beralih ke windows ada MS-Word, MS-Excel dan lain-lain. Diskette mulai berukuran kecil. Setelah lulus SMA sempat usaha ketik mengetik, pelanggan baru 1 orang teman sendiri yang sedang kuliah dan ada tugas tidak punya computer.

Aku sungguh beruntung menyaksikan perkembangan teknologi di Indonesia, dimulai saat peralihan mesin tik manual ke komputer hingga seperti sekarang ini era digital. Pertama kali belajar mengenal komputer masih under Dos seperti WS, Lotus 123, dan Dbase III. Masih menggunakan disket tipis besar sebagai media penyimpanan. Seua itu kupelajari saat ekstrakurikuler komputer di kelas 2 SMA sekitar tahun 1994/1995. Kemudian beralih ke Windows ada MS-Word, MS-Excel, dan lain-lain. Pada masa ini, disket mulai berukuran kecil. Setelah lulus SMA pun sempat membuka usaha jasa tik, pelanggan baru 1 orang teman sendiri yang sedang kuliah dan ada tugas tidak punya komputer.

Mengenal Scratch untuk Anak-Anak Belajar Coding

Karya: Ernawati Lilys                

Awalnya mengenal Scratch hanya sekilas, karena ada penugasan penulisan buku tentang coding anak. Scratch dipilih karena sangat mudah diikuti anak-anak, sekalipun oleh pemula yang tak paham bahasa pemograman. Saya pun termasuk yang tak punya latar belakang pendidikan ilmu teknologi seperti ini. Lulusan Bahasa dan Sastra Jepang, yang menyukai dunia tulis-menulis, ternyata membawa pada dunia baru, yaitu dunia coding. 


Hal ini pun termasuk terlambat, karena ketiga anak saya sudah lihai dengan Scratch, baik pada website-nya langsung atau di laptop yang sudah ter-install, juga di handphone. Memang ya, anak-anak itu cepat belajar dan beradaptasi dengan teknologi, sekalipun
    

The Journey to Becoming a Coding Mom



Berkomunitas bukan tentang meminta apa yang kita butuhkan. Sebaliknya, seizin Allah kita akan bisa mendapatkan apa yang dibutuhkan jika kita tidak pelit berbagi, termasuk soal ilmu—Noor Siti Halimah
***
Perempuan dan coding memang masih begitu langka, apalagi jika ibu-ibu yang sebenarnya sudah disibukkan dengan rutinitas domestik dan pekerjaan lainnya. Namun, berkat semangat belajar dan berbagi, akhirnya menjadikan sebuah kekuatan dan keberanian.


Beberapa kisah dalam buku berjudul The Journey to Becoming a Coding Mom ini ditulis oleh para perempuan jagoan yang tidak hanya berperan sebagai seorang ibu, melainkan juga sebagai “penggemar” coding. Yuk, cari tahu kisah menarik apa saja yang bisa dijadikan inpirasi dari para ibu hebat!

 



Jika berminat dengan buku ini, silakan pesan ke Penerbit Mikro Media, melalui kontak WhatsApp 0813-1083-2071

 

 

Salam Inspirasi 



Subscribe Our Newsletter

Related Posts

Buka Komentar
Tutup Komentar

Posting Komentar

klan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel