Iklan

Semangat Dea!

Konten [Tampil]


 

Semangat Dea!


"Hmm, Bau!" ucap Saras sahabat Dea yang jalan bersampingan dengan Dea. Dea pun hanya tertunduk malu. Tangannya mengepal kuat beberapa kantong plastik yang dibawanya. Ada yang salah dengan Dea?

Sebelum berangkat ke sekolah, Dea akan mampir ke warung-warung desa untuk menitipkan ikan asin yang dibuat ibunya. Setiap warung akan dititipkan lima kantong ikan asin. Ada empat warung langganan ikan asin ibu Dea.
"Bu, ini ikan asinnya," ucap Dea menyerahkan ikan asin ke warung Bu Dewi. Bu Dewi adalah warung terakhir yang Dea kunjungi. Selanjutnya, Dea akan berjalan cepat menuju sekolah. Dea setiap pagi selalu membawa berkantong-kantong ikan asin. Kenapa teman-teman tidak suka Dea?

"Anak ikan cue, telat lagi," suara Saras di depan kelas. Dea menunduk dan langsung duduk di bangku. kantong-kantong ikan yang Dea bawa setiap pagi, akan menempelkan bau pada Dea. Sehingga menjadi ledekan teman-teman di sekolahnya.
Terutama Saras tetangganya. Tentu saja kebencian Saras bukan tidak ada alasan. Setiap hari, di rumah Dea ibunya selalu menjemur ikan-ikan menjadi ikan asin. Aroma ikan akan tercium sampai rumah Saras. Kenapa Saras tidak suka bau ikan asin?

Dea tak punya banyak teman. Membuatnya tak suka juga dengan ibunya. Pulang sekolah, Dea tak mau mengambil uang dari warung. Hasil penjualan ikan asin, biasanya ditukar untuk beli beras dan  bumbu. Di warung lainnya, uang dari jualan ikan asin akan ditabung ibu untuk sekolah Dea.
Kalau Dea tidak antar ikan asin lagi, apa Saras mau berteman?

"Dea pulang, Bu." Dea lesu.
"Anak ibu sayang," ibu mengelus wajah Dea, sebelum berangkat ke dapur ikan/dapur cue untuk bekerja bantu membereskan ikan-ikan.
Ibu menatap Dea, tak ada beras yang dibawa pulang, tak ada bumbu dapur dan juga hasil penjualan ikan asin.
"Dea, ada apa?" tanya ibu cemas.
"Gara-gara ibu, teman-teman Dea bilang Dea anak cue, bau ikan,"
wajah ibu langsung ikut bersedih.
"Maafkan ibu ya, hari ini dan besok ibu saja yang membawa ikan asin ke warung,"
Dea tahu, ibunya pasti sudah lelah. Beberesih rumah,memasak,mencuci,juga bekerja di dapur ikan cue. Apa ibu sempat mengantarkan ikan-ikan asin setiap hari?

Dea masuk ke kamarnya. Ibu pun pamit berangkat ke dapur cue untuk membereskan ikan-ikan. Setiap siang, mobil-mobil bermuatan ikan akan datang. Ada yang berbox-box besar. Aneka ikan seperti selar, cakalang, layang, bandeng, dll. Ada juga yang berbentuk kardus berisi ikan tongkol. Semua ikan akan dipisahkan sesuai jenisnya dan ukurannya.
Ikan-ikan segar dan dingin ini akan dipilah. Biasanya ibu Dea sudah memilah ikan tongkol segar. Memasukkannya ke dalam besek untuk ikan tongkol berukuran sedang. Selanjutnya untuk ikan tongkol yang berukuran kecil juga masuk ke besek, ikan tongkol ukuran besar masuk ke naya dan ukuran besar sekali masuk ke badeng.

Dea menatap ibu dari jendela.
Ibu Dea memiliki satu kaki. Tentu Dea tak tega membiarkan ibunya menagih ke warung-warung sendirian.
Berjalan jauh dan melewati jembatan.
Bu, Dea saja ya, yang ke warung.
Ibu Dea yang berada di balik pintu menoleh ke Dea dan tersenyum.

Dea tidak malu?
Nggak Bu, maafin Dea.
Kalau Dea ikut ke Dapur Cue boleh, Bu?
Untuk apa ke sana?

Dea penasaran kenapa ikan-ikan itu baunya menempel ke tubuh ibu, Dea, dan semua orang yang mengolahnya.
Kalau Dea di sana bisa tertib, tidak buat kegaduhan, pemiliknya tidak masalah, apalagi jika Dea mau belajar dan cari tahu sesuatu tentang ikan.
Asyik, jadi Dea boleh ikut ibu sekarang?
Boleh

Mata Dea terbelalak, melihat dapur ikan yang sangat luas. Beratap asbes, berlantai keramik putih bersih dan berbaris para pekerja yang duduk di bangku kecil memilah ikan-ikan.
Bu, kenapa ada yang pakai sarung tangan, ada yang tidak?
Itu bagi yang punya saja.
Ibu punya?

Ibu mengeluarkan sarung tangan rajut berwarna ungu. Dipakainya satu dan diberikan satu lagi kepada Dea.
Siapa tahu, Dea mau ikut pegang ikan juga,"
Dea memegang sarung tangan dari ibu, belum memakainya. Ketika ibu duduk ditempat duduk kecil lalu mulai memilah ikan. Dea langsung memberikan sarung tangan sebelahnya.
Ibu pakai keduanya saja, Bu. Dingin-dingin sekali ikannya.


Angin yang berhembus kencang, batu-batu es dari ikan yang membuat udara terasa dingin. Ikan-ikan yang beku, membuat tangan ibu berkerut.
Ibu dengan cekatan memilah jenis ikan berdasarkan ukurannya, membersihkannya dengan air, dan menatanya dengan rapi.
Bu, ini mau diapakan? tanya Dea penasaran.
Selanjutnya ikan-ikan ini akan dilakukan proses pemindangan.
Apa itu pemindangan?


Pemindangan, salah satu cara pengolahan ikan segar dengan cara penggaraman dan perebusan.
Wah, ikan ini akan diberi garam dan direbus? Apa ini jadi ikan asin, Bu.


Tidak, berbeda caranya dengan ikan asin. Ini naanya ikan Cue.
Garam yang digunakan sebagai pengawet dan memberi cita rasa pada ikan, kalau perebusannya untuk mematikan bakteri pada ikan, terutama bakteri pembusuk.
Dea jadi tahu, kenapa ikan-ikan menjadi awet dijual dan dipasarkan jauh dari tempatnya. Jadi, ikan cue ini bisa tahan berapa lama, Bu?


Bisa 3-4 hari yang sudah dipindang Cue ini.
Dea ikut memilah-milah ikan dan memasukkan ke Naya dan besek sesuai ukurannya.
Bu, Dea jadi bangga sama ibu. Ibu di rumah juga mengolah ikan dari sini, jadi ikan asin ya.
Ya, karena kita dapat jatah satu plastik setiap pulang bekerja, juga upah harian.


Ikan yang diberikan, tentu tak habis kita makan berdua. Di rumah juga tidak punya kulkas. Ikan segar pasti akan cepat busuk. Jika dipindang Cue, hanya bertahan 3-5 hari. Maka ibu buat ikan asin saja, yang tahannya bisa lama lagi.
Berapa lama biasanya ikan asin, Bu?


Ikan asin bisa tahan satu tahun.
Apakah caranya sama dengan pindang Cue, Bu?
Berbeda.ikan asin yang biasa ibu buat itu melalui proses pembersihan, lalu balurkan garam ke ikan. Setelah itu, masukkan ke dalam mangkuk dan bungkus plastik diamkan semalaman atau 24 jam, bisa juga lebih sesuai ukuran ikan. Nanti dibilas hingga bersih dan belah dua ikan. Terakhir menjemurnya sampai kering.


Kalau setelah itu, Dea tahu, Bu.
Bolak balik sampai kering, lalu angkat dan simpan di wadah bersih.
Lalu ibu minta Dea memasukkan ke dalam kantong plastik putih. Nanti dibawa ke warung-warung untuk dijual.
Dea pintar.
Tapi, Bu. Kenapa bau ikan menempel di tangan, di badan dan baju Dea.


Ibu tersenyum.
Bau amis ikan memang menyengat. Bukan hanya Dea saja, di sini juga pekerja jadi bau ikan badannya.
Jika baju dan badan, mandi dan ganti baju. Jika hanya tangan cuci dengan air mengalir dan jangan lupa pakai sabun.
Dea pun tertawa riang. Ternyata sudah menerima dengan aroma ikan yang melekat.


Gapapa Dea dibilang anak Cue, ibu Dea kan memang bikin ikan Cue dan ikan asin juga.
Memangnya siapa yang bilang Dea anak Cue? Ibu penasaran.
Hmm, Saras Bu.
"Nanti Dea minta maaf ya sama Saras, dan bawa olahan ikan buatan ibu,"
"Kok Dea yang minta maaf, Bu?"


Pulang dari dapur ikan, ibu mandi dan ganti baju. Dea juga sama mandi dan ganti bajunya.
Dea wajahnya pucat sepertinya kedinginan. "Bu, Dea lapar,"
Ibu segera memasak tongkol cue jadi semur tongkol.
Dea suka sekali, rasanya empuk dan lezat.Dea menambah nasinya dua kali.


Setelah makan,kirim semur tongkol ini ke rumah Saras, ya.
Kalau ditolak bagaimana, Bu?
Ya, berikan saja,coba dahulu,
Dea pun datang ke rumah Saras membawa semur tongkol kesukaannya.


Pagi hari ketika Dea membawa berkantong-kantong plastik ikan asin. Saras menghampiri,
Dea terima kasih, semur tongkolnya ya,
"Eh, Saras ya, sama-sama,"
Aku baru makan ikan ternyata enak sekali ya,
"Wah jadi kamu baru pertama makan ikan?"


Saras merangkul pundak Dea, dan ikut Dea ke warung-warung untuk mengantar ikan Asin.
Aku kira kamu tidak suka padaku, karena bau ikan?
tidak, bukan itu, aku suka iri mamaku banding-bandingkan aku dengan kamu yang rajin jualan ikan asin, menjemur ikan. jadinya, aku benci kamu.
Sekarang, kamu masih benci aku?
Tidak, aku mau minta maaf. Kita temanan ya, Dea. 

Tamat.




Rubrik Sastra Mikro Media


Bagi pembaca, yang ingin karyanya terbit di website mikromediateknologi.com, silakan kirim karyanya berupa artikel, puisi dan cerpen ke sastramikromedia@gmail.com. Untuk pelajar sekolah dasar, SMP, SMA, Mahasiswa, guru dan umum. Semangat berkarya, menorehkan literasi yang baik dan bijak.

Salam Sastra Mikro Media.



Profil Penulis


Ernawati, guru menulis di SDN Bintara VI Bekasi, penulis dan blogger. Kesehariannya menulis buku dan juga berbagai artikel, baik di majalah, koran dan juga website. Kontak penulis ke: ernawatigaleri@gmail.com




Penerbit Mikro Media Teknologi

IG : https://www.instagram.com/penerbitmikromedia/
FB : https://web.facebook.com/penerbitmikromediateknologi/
youtube :https://www.youtube.com/channel/UC6WaMx1hVCIKrHnvCOuuScw
Tiktok : https://vt.tiktok.com/ZSeAqjHb6/
Web : www.mikromediateknologi.com
WhatsApp : 0813-1083-2071

Telegram : https://t.me/penerbitmikromedia

Subscribe Our Newsletter

Related Posts

Buka Komentar
Tutup Komentar

Posting Komentar

klan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel